Pendidikan

Bacalah penggalan cerpen berikut! Waktu Holil anak Haji Zainuri sunat, aku masih anak kecil. Di kotaku belum ada listrik. Apalagi radio dan bioskop. Hiburan satu-satunya bagi anak-anak kecil di waktu sore hari ialah menonton orang memasang lampu petromaks yang dikerek di setiap perempatan jalan dan memburu-buru gangsir atau laron bilamana musimnya tiba. Unsur ekstrinsik yang ingin ditonjolkan dan penggalan cerpen tersebut adalah latar belakang?

Mais Nurdin

Bacalah penggalan cerpen berikut! Waktu Holil anak Haji Zainuri sunat, aku masih anak kecil. Di kotaku belum ada listrik. Apalagi radio dan bioskop. Hiburan satu-satunya bagi anak-anak kecil di waktu sore hari ialah menonton orang memasang lampu petromaks yang dikerek di setiap perempatan jalan dan memburu-buru gangsir atau laron bilamana musimnya tiba. Unsur ekstrinsik yang ingin ditonjolkan dan penggalan cerpen tersebut adalah latar belakang sosial masyarakat

Pendidikan

Perhatikan kedua kutipan cerpen berikut! Kutipan 1 “Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah.” Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orang tua memang selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orang tua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial akan segera memboyongnya ke rantau. Makaji tetap akan mempunyai kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di rumah makan milik anaknya sendiri. Kutipan 2“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?”“Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?”“Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah-penjajah itu, Tuhanku.”“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan?”“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?” Perbedaan yang tampak pada kedua kutipan cerpen di atas adalah

Mais Nurdin

Perhatikan kedua kutipan cerpen berikut! Kutipan 1 “Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah.” Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orang tua memang selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orang tua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial akan segera memboyongnya ke rantau. Makaji tetap akan mempunyai kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di rumah makan milik anaknya sendiri. Kutipan 2“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu”“Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu”“Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah-penjajah itu, Tuhanku.”“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan”“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan” Perbedaan yang tampak pada kedua kutipan cerpen di atas adalah kutipan cerpen 1 menggunakan majas dan ungkapan, kutipan cerpen 2 menggunakan bahasa sehari-hari

Pendidikan

()Ke mana hendak dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga calon mertuanya. (2)Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu istilah untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada keluarga calon mempelai perempuan.(3)“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Mak?” tanya Inop agak melotot kepada anaknya.(4)“Kau sudah aku bilang, tak usah buru-buru kawin. Kababini seperti orang sasak cirik sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.(5)Sekarang bukan satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop. Nilai budaya terkandung dalam kutipan cerita di atas, ditunjukkan oleh nomor

Mais Nurdin

()Ke mana hendak dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga calon mertuanya. (2)Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu istilah untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada keluarga calon mempelai perempuan.(3)“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Mak” tanya Inop agak melotot kepada anaknya.(4)“Kau sudah aku bilang, tak usah buru-buru kawin. Kababini seperti orang sasak cirik sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.(5)Sekarang bukan satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop. Nilai budaya terkandung dalam kutipan cerita di atas, ditunjukkan oleh nomor -2

Pendidikan

Terlambat datang ke sekolah atau harus buru-buru berangkat ke kantor adalah beberapa alasan yang menyebabkan orang-orang sering melewatkan sarapan di waktu pagi. Padahal hal itu justru sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. kata yang diberi garis bawah merujuk pada

Mais Nurdin

Terlambat datang ke sekolah atau harus buru-buru berangkat ke kantor adalah beberapa alasan yang menyebabkan orang-orang sering melewatkan sarapan di waktu pagi. Padahal hal itu justru sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. kata yang diberi garis bawah merujuk pada melewatkan sarapan di pagi hari

Ads - Before Footer